Be Motivation, Be Inspiration and Be Positive

Monday, April 4, 2016

JENDERAL SOEDIRMAN, TETAP BERJUANG WALAU BERNAFAS DENGAN SATU PARU-PARU

enderal Sudirman adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia, Dan Menjadi panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, serta ia dikenal secara luas dan terus dihormati di Indonesia.

Jendral Sudirman,
Jendral Sudirman lahir di purbalingga pada tanggal 24 januari 1916.
Masa kecil Jenderal Sudirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sederhana.
Soedirman mendapatkan pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian, ia melanjutkan ke sekolah guru HIK Muhammadiyah, Surakarta, namun ia tidak menyelesaikan pendidikannya.
Sudirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Beliau kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah, Cilacap.

Pada masa pendudukan Jepang, ia masuk menjadi anggota Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor, dan ia kemudian menjadi komandan batalyon PETA di Kroya.
Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat kolonel.

Melalui Konferensi TKR pada tanggal 12 November 1945, Sudirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.

Kedatangan pasukan Sekutu yang ternyata juga diikuti tentara NICA Belanda, menyebabkan timbulnya pertempuran dengan TKR di berbagai tempat. Salah satunya pertempuran besar terjadi di Ambarawa. Sudirman memimpin langsung pasukan TKR menggempur posisi pasukan Inggris dan Belanda selama lima hari, mulai tanggal 12 Desember 1945.

Pertempuran yang dikenal sebagai Palagan Ambarawa ini berhasil memukul mundur pasukan Sekutu ke Semarang. Saat terjadi Agresi Militer II oleh Belanda(19 Desember 1948), Yogyakarta sebagai ibukota saat itu pun jatuh ke tangan musuh.

Para pemimpin bangsa, seperti Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta pun ditahan oleh Belanda.

Sudirman tetap berjuang dengan cara bergerilya, meskipun pada saat itu ia sudah menderita sakit TBC yang sangat parah, dan hanya bernapas dengan menggunakan satu paru-paru saja.

Pada saat itu, Presiden Sukarno sebenarnya sudah meminta beliau untuk tetap di Yogya dan menjalani perawatan medis, tetapi melihat keteguhan hati Jenderal Sudirman, maka Bung Karno pun menyetujui keputusan beliau untuk memimpin langsung gerilya.
Perjuangan dengan senjata dan jalur diplomatis, memaksa Belanda ke perundingan.

Setelah Perundingan Roem-Royen yang menetapkan gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia, Jenderal Sudirman kembali ke Yogyakarta dengan disambut Bung Karno, Bung Hatta, dan Sri Sultan HB IX dalam suasana penuh keharuan.

Karena saat itu Jenderal Sudirman terlihat sangat kurus dan lusuh.
Dalam perundingan KMB pada Desember 1949, Belanda kemudian mengakui kedaulatan Indonesia.
Pada tangal 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman yang dikenal sebagai pribadi yang teguh pada prinsip dan keyakinannya, serta selalu mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadinya meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah, karena sakit yang dideritanya.

Jenderal Sudirman dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.
Pada tahun 1997, Jenderal Sudirman mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan pangkat bintang lima.

Ingat, bahwa prajurit Indonesia bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang menjual tenaganya, karena hendak merebut sesuap nasi dan bukan pula prajurit yang mudah dibelok haluannya, karena tipu dan nafsu kebendaan.
Tetapi prajurit Indonesia adalah dia yang masuk ke dalam tentara karena keinsafan jiwanya, atas panggilan ibu pertiwi. Dengan setia membaktikan raga dan jiwanya bagi keluhuran bangsa dan negara.
Itu dia Jenderal Sudirman, sosok yang memegang teguh keyakinan, serta jiwa patriotism yang tinggi dan pantang menyerah yang patut kita teladani di era serba modern ini yang penuh dengan budaya urbanisasi, bahkan hampir jarang kita temui sosok seperti Jenderal Sudirman di kehidupan nyata sekarang.

dari berbagai sumber
0

0 comments:

Post a Comment